Metode pemberian makan pada bayi ketika di usia 6 bulan dengan cara BLW (Baby Led Weaning) saat ini tengah popular dan banyak menua pro dan kontra di Indonesia, tentu semenjak seorang penyanyi terkenal Andien menerapkan konsep MPASI pada bayinya dengan metode BLW. Apakah pemberian makan metode BLW ini baik dan benar, tentu Anda harus banyak mengetahui apa sebenarnya konsep BLW.

Mengenal Metode BLW untuk bayi Anda

Baby-Led Weaning pada dasarnya merupakan metode yang membebaskan anak untuk makan sendiri dari awal proses secara mandiri. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Gill Rapley dan Tracey Murkett melalui bukunya yang berjudul “Baby-led Weaning: Helping Your Baby to Love Good Food” yang diterbitkan tahun 2008 lalu. Dijelaskan bahwa orang tua tidak disarankan untuk ikut campur dalam proses pemberian makan bayi. Fungsi orang tua dalam metode ini hanya sebagai penyedia dan pengawas saat bayi sedang makan. Metode BLW banyak memberikan kebebasan bagi bayi untuk menentukan banyaknya jumlah makanan yang dikonsumsi. Selain itu, bayi juga bisa menentukan sendiri kapan dia ingin menyudahi makannya. Atau, secara sederhananya bisa dikatakan bayi akan mengandalkan nalurinya sendiri untuk mengeksplorasi makanannya.

Jenis Makanan Yang Boleh Digunakan Dalam Metode BLW

Sebelum melakukan metode BLW Anda juga perlu mengetahui jenis makanan yang di perbolehkan dalam konsep ini. Metode BLW mengutamakan jenis makanan padat yang dipotong kecil seperti ukuran jari manusia dewasa, sehingga memudahkan bayi mengenggam makanannya. Makanan yang biasa diterapkan di metode BLW yaitu sayur-sayuran, hati ayam, ikan, buah-buahan, atau bisa juga biskuit. Makanan tersebut dikukus atau rebus terlebih dahulu sehingga teksturnya menjadi empuk dan mudah dicerna si bayi. Setelah itu, makanan bisa disajikan langsung pada bayi dalam bentuk yang sudah dipotong-potong menyesuaikan genggaman tangan bayi. Anda sebagai orangtua mencontohkannya cara makannya secara langsung di depan bayi atau di sampingnya, yang nantinya akan diikuti oleh sang bayi.

Mengajarkan Anak Belajar Makan Bersama

Keuntungan menerapkan metode BLW adalah Anda melatih dan mengajarkan anak untuk makan dan berkumpul bersama anggota keluarga yang menjadi moment waktu yang sangat berharga. Oleh karena itu mengajarkan metode BLW pada bayi sekaligus meningkatkan bonding dalam waktu yang bersamaan. Usahakan untuk memberikan makanan yang sama saat antara makanan keluarga dengan si bayi, Misalnya saja, menu hari itu tumis brokoli. Agar lebih mudah dicerna, Anda bisa memberikan brokoli yang telah dikukus dan dipotong kecil-kecil pada anak. Selain itu perlu diingat jika anak kecil mudah meniru prilaku orang dewasa, jadi berilah contoh cara makan yang benar kepada bayi.

Perhatikan kondisi tubuh Bayi saat melakukan metode BLW

Anda harus perhatikan, bayi siap mencicipi makanan padat saat ia bisa melakukan hal berikut:

  • Duduk tegak tanpa bantuan
  • Kepalanya tegak dan stabil
  • Mengambil makanan dan memasukkannya ke dalam mulut
  • Menelan makanan (bayi yang belum siap memiliki refleks lidah yang mendorong makanan keluar dari mulutnya).

Siap dengan Resiko Area Makan Bayi Yang Kotor & Berantakan

Anda sudah tahu tentunya dengan resiko menerapkan metode BLW pada bayi yaitu area teampat makan akan berantakan, baju bayi akan kotor dengan makanan, mulut dan tangan bayi juga akan kotor penuh dengan makanan. Ini adalah minus dari penerapan metode BLW, kondisi anak dan lingkungan sekitar yang kotor akibat anak makan dengan cara yang berantakan. Nah, daripada Anda frustasi karena lantai rumah selalu kotor, atasi saja dengan memberikan alas di bagian bawah high chair tempat anak Anda makan. Alas yang digunakan bisa berupa plastik, karpet, perlak, ataupun koran.

Mengenal Plus Minus Metode BLW Yang Menjadi Pro-Kontra

Metode BLW dianggap dapat melatih self-control pada anak sejak bayi untuk menentukan jumlah makanan yang ingin dimakan. Jika self-control-nya sudah terlatih, anak pun diyakini akan terhindar dari risiko obesitas saat besar nanti. Metode ini juga disebut-sebut mampu meningkatkan bonding antara anak dan keluarga. Hal ini membuat sang anak dapat merasakan kebersamaan saat makan bersama keluarga, sehingga terbangunlah kedekatan emosinal antara keduanya. Tak hanya itu saja, karena anak sudah dibiasakan merasakan berbagai jenis makanan sejak dini, maka metode BLW dianggap bisa membuat anak tidak pilih-pilih makanan saat besar. Sayangnya, semua manfaat ini belum memiliki bukti secara ilmiah, termasuk di Indonesia.

Di sisi lainnya, BLW juga menyimpan berbagai risiko yang dikhawatirkan dapat mencelakai anak. Sebagai contoh, kurangnya asupan nutrisi yang diterima tubuh akibat minimnya jumlah makanan yang berhasil dicerna. Selain itu, metode ini juga tinggi risiko choking alias tersedak, serta gagal tumbuh yang ditandai dengan berat badan yang sulit bertambah. Beberapa orang tua penganut BLW beranggapan bahwa anak akan berhenti makan saat dirinya sudah merasa kenyang. Padahal, hal tersebut belum tentu benar juga. Bisa jadi seorang anak enggan atau berhenti memasukkan makanan ke dalam mulut karena merasa kelelahan atau mengantuk.

Sebaiknya saat menerapkan metode BLW Anda tetap menerapkan metode konvensional dengan cara memberikan makanan halus MPASI pada bayi. Tentu saja Anda sebagai ibu harus menyuapi anaknya sehingga bonding kedekatan anak dan ibu akan terbangun. Anak pun akan mendapatkan nutrisi, protein, vitamin dan gizi lainnya secara sempurna untuk tubuh. Jadi jika metode konvensional dan metode BLW diterapkan bersamaan akan sangat baik bagi perkembangan tubuh dan motoric bayi.

Sebagai contoh, Anda dapat menyuapi anak di pagi hari, kemudian selingi dengan BLW di makan siangnya, setelah itu suapi kembali anak pada malam hari. Selain dapat melatih motorik dan sensoriknya, Anda pun tidak perlu khawatir anak akan kekurangan asupan nutrisi.

Metode BLW idealnya dapat diterapkan saat bayi sudah membutuhkan makanan pendamping selain ASI, yakni pada usia 6 bulan. Namun, sebagian berpendapat bahwa saat usia 6 bulan, saraf motorik bayi belum bekerja sempurna. Bayi masih sulit untuk memegang makanan, memasukkannya ke mulut, serta mengunyahnya. Karena alasan itulah, banyak yang menyarankan untuk menunda penerapan metode BLW hingga bayi berusia 8 bulan ke atas. Pada usia ini, rahang bayi dianggap sudah mampu dan lebih matang untuk mengunyah.